praktikum-mikrobiologi-pengenceran-dan-penanaman-mikroba
PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI DASAR
Pengenceran dan Penanaman Mikroba
Nilai
Laporan
|
Tanggal
Terima Laporan dan Paraf Asisten
|
TEKNOLOGI
HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tujuan
dilakukan pengenceran adalah untuk mendapatkan jumlah koloni yang dapat
dihitung jka dilakukan dalam suatu ruang lingkup yang terbatas.
Mikroba yang ditemukan di suatu lingkungan biasanya ditemukan dipopulasi
campuran, sangat jarang sekali yang ditemukan sebagai satu spesies tunggal.
Penelitian mengenai mikrorganisme biasanya memerlukan teknik untuk memisahkan
populasi campuran pada permulaannya, atau bakan campuran, menjadi
spesies-spesies yang berbeda-beda sebagai biakan murni. Biakan murni terdiri
dari suatu populasi sel yang berasal dari satu sel induk (Prescott,2003).
Suatu jenis mikroba yang terpisah dari koloni
campuran akan lebih mudah untuk diamati. Selain itu teknik untuk memisahkan dan
mendapatkan koloni tunggal serta pemeliharaannya terhadap beberapa jenis.
Tekni-teknik tersebut memilki kelemahan dan kelebihan. Beberapa cara dapat
dilakukan untuk menentukan jumlah bakteri yang terdapat pada bahan pemeriksaan.
Cara yang sering digunakan adalah cara menghitung koloni pada lempeng
pembiasaan, atau dapat juga dilakukan penghitungan langsung secara mikroskopis
(Burrows, 2004).
Pengenceran
adalah mencampur larutan pekat dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh
volume akhir yang lebih besar. Jika suatu senyawa kimia pekat yang di encerkan,
kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada
pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman,
asam sulfat pekat yang harus ditambahkan kedalam air, tidak boleh sebaliknya.
Jika air ditambahkan kedalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan
sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan
asam sulfat memercik. Jika kita berada didekatnya, percikan asam sulfat ini
merusak kulit.
Untuk
mengetahui konsentrasi yang sebenarnya perlu dilakukan standarisasi.
Standarisasi sering dilakukan dengan titrasi. Zat-zat yang didalam jumlah yang
relative besar isebut pelarut (Baroroh, 2004).
1.2 Maksud dan Tujuan
1. Memahami
persiapan dan pelaksanaan pengenceran bertingkat suspensi bakteri.
2. Mengenal
dan memahami teknik-teknik isolasi bakteri.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Prinsip
Teori
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat
dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Jika suatu senyawa kimia pekat yang di encerkan, kadang-kadang sejumlah panas
dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat.Dalam
teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh suatu biakan
murni, tetapi juga memahami serta mencega pencemaran udara luar.
Inokulasi adalah pekerjaan
memindahkan bakteri dari medium lama kemedium baru dengan tingkat ketelitian
yang sangat tingggi. Media yang
digunakan untuk melakukan pratikum ini tentulah sangat steril. Pencemaran
tentunya dari udara yang banyak mengandung mikroorganisme (Dwijoesaputra,1996).
Tingkat pengenceran
yang diperlukan didasarkan pada pendugaan populasi bakteri yang ada dalam
contoh. Hasil yang baik adalah jika pada pengenceran yang lebih rendah contoh
yang diduga lebih banyak menunjukkan hasil uji positif (adanya pertumbuhan
bakteri) dan pada pengenceran lebih tinggi contoh yang diduga lebih sedikit
menunjukkan hasil uji negatif (tidak ada pertumbuhan bakteri). .
Metode pengenceran yang paling mudah dengan melakukan pengenceran 10 kali lipat
dengan menggunakan 3 atau 5 tabung pengenceran sekali gus (Fardiaz, 1992).
Pada metode perhitungan
cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana ditujukan untuk membentuk
konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Sampel yang telah diencerkan ini
dihitung ke dalam cawan baru kemudian dituang ke mediumnya (metode tuang).
Kemudian setelah diinkubasi selama 24-28 jam, amati koloni yang tumbuh dan
koloni yang diamati hanyalah koloni yang berjumlah 30-300 (Gobel,2008).
Larutan didefenisikan sebagaai campuran
homogeny antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom,
ion, yang komposisinya dapat bervariasi.
Kelarutan zat dalam air sangat beragam. Ada zat yang mudah larut dan
adapula yang sukar larut. Sebagai patokan kasar, zat yang memiliki kelarutan
lebih besar dari 0.02 mol dianggap larut.
Sedangkan yang lebi kecil ummumnya, kelarutan bertambah dengan kenaikan
suhu. Kelarrutan dari berbagai jenis zat juga dipengaruhi PH larutan. Istilah
kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam
sejumlah tertentu pelarut. Untuk zat
yang tergolong mudah larut, kelarutannya dinyatakan dalam gram per 100 gram
air, namun untuk zat yang tergolong kedalam sukar larut, kelarutannya
dinyatakan dalam mol L-1 ( Purba,Michel 2002).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu
: Rabu, 12 April 2017
Tempat : Ruang Laboratorium Mikrobiologi
B104
3.2 Bahan
dan Alat
a. Bahan
-
Aquades
-
Kapas
-
Aluminium foil
-
Plastik wrap
-
Kertas pembungkus
-
Tissue
-
Kertas label
-
Alkohol 70%
-
Spiritus
b. Alat
-
Erlenmeyer 250 ml
-
Batang pengaduk
-
Tabung reaksi
-
Rak tabung reaksi
-
Cawan petri
-
Autoclave
-
Oven
-
Pemanas listrik/ hot plate stirrer
-
Pipet volumetric
-
Bunsen
-
Botol semprot alkohol
-
Mortar
-
Inkubator
-
Vortex
3.3 Skema
Kerja
a. Cara
kerja pengenceran bertingkat
-
Sampel yang di sediakan dimasukkan ke
dalam tabung pengenceran pertama (1/10 atau 10-1) secara aseptis,
setelah sampel masuk lalu dikocok (gojok) sampai tercampur merata.
-
Di ambil 1 ml dari tabung 10-1
dengan pipet ukur kemudian di pindahkan ke tabung 10-2 secara
aseptis kemudian dikocok dengan membenturkan tabung ke telapak tangan sampai
homogen. Pemindahan dilanjutkan hingga pengenceran terkhir dengan cara yang
sama, hal yang perli diingat bahwa pipet ukur yang digunakan harus selalu
steril. Prinsipnya bahwa pipet tidak perlu diganti jika memindahkan cairan dari
sumber yang sama.
b. Prosedur Kerja
-
Siapkan 5 gr bahan sampel (bolu kukus),
tumbuk menggunakan mortar sampai halus, masukkan kedalam larutan pengencer
aquades 45 ml yang sebelumnya telah disiapkan, godok/kocok sampai merata
selanjutnya disebut sebagai pengenceran pertama 10-1.
-
Pipet 1 ml dari 10-1 kemudian
dimasukkan ke tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan pengencer, selanjutnya
disebut pengenceran ke dua 10-2 lakukan sampai pengenceran terakhir
10-5.
-
Ambil 1 ml pada pengenceran 10-5,
10-4, dan 10-3 tuang ke dalam cawan petri kemudian ditambahkan
media NA yang masih cair (±45℃) lakukan secara duplo, kocok homogen dan tunggu
sampai memadat, setelah memadat balikkan cawan petri, inkubasi selama 2 hari
(metode tuang).
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
1.1 Data
Pengamatan
Tabel 1.1 Data pengamatan pengenceran
bertingkat setalah di inkubasi selama satu hari.
No
|
Pengenceran
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
10-3
(1)
|
Telah ditumbuhi 1 koloni mikroba cirkular (bulat) berukuran besar dan
berwarna putih.
-
1 koloni mikroba cirkular(bulat) berukuran sedang dan
berwarna putih.
-
32 mikroba cirkular (bulat) berukuran kecil dan berwarna putih.
|
2.
|
10-3 (2)
|
-
Belum ditumbuhi mikroba.
|
3.
|
10-4 (1)
|
-
Belum ditumbuhi mikroba.
|
4.
|
10-4
(2)
|
-
Telah ditumbuhi 22 koloni mokroba
cirkular (bulat) berukuran kecil
dan berwarna putih.
|
5.
|
10-5(1)
|
-
15 koloni mikroba cirkular (bulat) berukuran kecil dan
berwarna putih.
|
6.
|
10-5 (2)
|
-
Belum ditumbuhi mikroba.
|
1.2 Analisa
Hasil
Dari
data diatas dapat kita ketahui bahwa
pada pengenceran pertama yaitu 10-3 telah ditumbuhi koloni
hanya ditmbuhi satu koloni mikroba yang berbentuk bulat dan ukurannya terlihat besar dan berwarnah putih.
Sementara dalam cawan itu didalam
nya terdapat 1 koloni lain yang juga berbentuk bulat berukuran sedang dan juga
berwarnah putih. Dan 32 mikroba berbentuk bulat juga hanya melainkan ukuran nya
yang ini terlihat lebih kecil dibandingkan dengan koloni yang lainnya tetapi
warnah juga putih. Dan mikroba-mikroba yang tumbuh dalam cawan
petri 10-3 (1), 10-4 (2), dan 10-5 (1) baru melalui fase lag, Pada
pengenceran 10-3 (1) mikroba
yang tumbuh >30 koloni dan itu telah memenuhi syarat standar prale count,
sedangkan dalam cawan petri 10-4 (2)
dan 10-5 (1) mikroba yang
tumbuh < 30 dan itu belum memenuhi syarat standar prale count bahkan dalam
cawan petri 10-3 (2), 10-4 (1), dan 10-5(2) mikrobanya belum
tumbuh sama sekali. Sementara
pada cawan nomor 4 yaitu 10-4(2) telah ditmbuhi koloni sebanyak 22
yang berbentuk bulat dan berukuran kecil warnah putih. Disini berarti jumlah
koloni nya <30. Sama engan cawan pada nomor 5 10-5 berbentuk
bulat juga berwarnah putih. Ia juga tumbuh koloni <30.
1.3 Pembahasan
Dengan adanya pengenceran maka
berpengaruh pada jumlah bakteri yang timbul pada proses penanaman. Pengenceran
dilakukan untuk mempermudah dalam proses penanaman bakteri. Pengenceran
bertujuan membuat sampel air laut yang akan ditanam mempunyai diversity yang
rendah, agar mudah dalam mengidentifikasi bakteri atau kultur yang ditanam.
Sedangkan
yang diamati adalah pengenceran 10-3, 10-4, dan 10-5.
Diperkirakan
koloni yang dibentuk oleh sampel bakteri berada pada jumlah yang dapat dihitung
pada pengenceran tersebut. Selanjutnya dari tabung reaksi 10-3,10-4,
dan 10-5dituang ke dalam cawan petri sebanyak 1 ml (dengan metode
tuang) kemudian ditambahkan media NA yang masih cair (±45) secara aseptik.
Penanaman bakteri adalah proses pemindahan bakteri dari medium lama ke medium
baru. Pada pratikum
pengenceran yang dilakukan bertujuan untuk membandingkan hasil darintiap
konsentrasi yang berbeda. Pengenceran ini adalah tahap awal dari isolasi atau
penanaman bakteri. Maksud dari 10-1, 10-2, 10-3,
dan hingga seterusanya merupakan suatu rasio pengenceran yang apabila tiap
pengenceran ditumbuhkan kedalam suatu media dan koloninya yang tumbuh dapat
dihitung. Pengenceran dilakukan unyuk mendapatkan koloni yang akan diisolasi
dengan minimalkan kontaminasi dan penambahan nutrisi untuk mikroba. Pada
konsetrasi awal yaitu 10-5 didapatkan koloni yang paling sedikit
bahkan tidak ditumbuhi oleh mikroba sama sekali.
Pengambilan bakteri sangat berpengaruh
dalam jumlah bakteri. Penamaan ini dilakukan dengan memindahkan media dari
tabung reaksi hasil pengenceran kedalam cawan petri melalui metode spread. Metode spread dilakukan dengan mengencerkan
eksperimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan yang kemudian
dicawankan.
Metode ini
memboroskan waktu dan bahan namun tidak memerlukan keterampilan yang terlalu
tinggi. Untuk inokulasi dengan metode terlebih dahulu harus disiapkan bakteri
denhan berbagai seri pengenceran. Kemudian bakteri-bakteri tersebut dimasukkan
kedalam cawan petri di ambil menggunakan pipet mikro. Yang perlu diingat adalah
dalam memasukkan bakteri kedalam cawan petri,
prosesnya harus dilakukan diatas api Bunsen untuk menjaga
kesterillannya.cara kita meratakan media juga menentukan jumlah koloni bakteri
yang tumbuh. Hal yang prlu diingat batant L yang terlalu panas dapat
menyebabkan sel-sel mikroorganisme dapat mati
karna panas. Bakteri yang tu,buh pada kelompok kami yaitu pada cawan
nomor 1,4 dan 5. Yaitu pada cawan nomor
1 tumbuh sebanyak 33, pada cawan nomor 4 tumbuh sebanyak 22 koloni dan terakhir
pada cawan nomor 5 yaitu tumbuh sebanyak 15 koloni mikro, sementara warnah nya
sama yaitu terdapat warnah putih. Selain itu, untuk perhitungan jumlah koloni
akan lebih mudah jika dilakukan secara decimal. Plating atau penanaman bakteri
dibuthkan kondisi aseptis atau steril, baik pada alat maupun pada proses, untuk
menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroba yang tidak diinginkan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada pratikum
kali ini dapat disimpulkan bahwa:
a.
Dalam
melakukan pratikum pengenceran pun harus dalam kondisi steril.
b.
Dalam
pratikum ini juga sangat membutuhkan ketelitian yang sangat tinggi di
bandingkan pratikum-pratiku sebelumnya.
c.
Prinsip
pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga banyak jumlah pengenceran yang
dilakukan, semakin sedikit jumlah mikroba, dimana suatu saat didapat hanya satu mikroba satu tabung itu.
d.
Pengenceran
merupakan mencampur larutan pekat dengan cara-caraa tertentu yang telah
ditentukan.
e.
Setiap
tingkat pengenceran harus menggunakan piet yang steril aatau berbeda
pengenceran yang satu dengan yang lainnya.
f.
Kehidupan
mikroorganisme umumnya sangat bergantung pada kondisi lingkungan sekitar.
5.2 Saran
Saran
yang dapat disampaikan adalah dalam pengerjaan percobaan isolasi dan penanaman
mikroba ini memang harus benar-benar steril sehingga tidak terjadi kontaminasi
dan kerusakan media sehingga didapatkaan kultur murni sesuai dengan apa yang
diingikan oleh pratikan.
DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Malang.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia: Jakarta.
Gobel, Risco, B., dkk. 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek.
Universitas Hasanuddin: Makasar
Prescott,
L.M.2003.Mikobiology 5 th
edition.Mk graw hill. New York.
Baroroh,umi.2004.
Diktat Kimia Dasar 1. Banjar Baru: Universitas Lambung Mangkurat.
Burrows,
W,J.M. Moulder, and R.M. Lewert.2004. textbook
of microbiology. W. B. Saunderrs Company, Philadelphia.
LAMPIRAN
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Aluminium foil sebagai penutup
erlenmeyer/ tabung reaksi agar larutang yang ada di dalamnya tidak menguap
ketika di sterilisasikan menggunakan autovlave.
|
|
2.
|
Digunakan untuk menghomogenkan
larutan dengan cara digoyang-goyang dan sebagai tempat media NA. Erlenmeyer
juga digunakan untuk pembuatan larutan media.
|
|
3.
|
Mortar
digunakan untuk menghaluskan bahan/sampel.
|
4.
|
sampel yang sudah di larutkan dengan aquades
45 ml dan akan di sterilisasi menggunakan autoclave dengan suhu 121℃ selama
15 menit.
|
|
5.
|
Tabung
reaksi digunakan untuk melakukan pengenceran bertingkat.
|
|
6.
|
media
NA yang akan di sterilisasikan menggunakan autoclave dengan suhu 121℃ selama
15 menit.
|
7.
|
Isolasi
bakteri dengan menggunakan metode tuang, dan akan di inkubasi selama 1 atau 2
hari.
|
|
8.
|
Hasil pengamatan
mikroorganisme setelah satu hari di inkubasi.
|
|
Hasil
pengamatan pada pengenceran dan penanaman mikroba 10-4.
|
||
9.
|
Hasi Pengamatan pada pengenceran dan
penanaman mikroba 10-3.
|
Komentar
Posting Komentar