tugas agama akhlak dan etika ketika sedang bekerja
PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
“Akhlak dan Etika
sebagai Seorang Muslim ketika sedang Bekerja”
DOSEN PENGAMPU :
Kemas Abdul Hai, S.Ag, M.Ud
DI SUSUN
O
L
E
H
Halimah Tun Sadiah
NIM : J1A116002
THP GENAP ’16
JURUSAN TEKNOLOGI
HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI
PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
Adab
Dan Akhlak Bekerja Dalam Islam
- Bekerja Dalam Islam
Islam memandang bahwa bekerja merupakan satu kewajiban
bagi setiap insan. Karena dengan bekerja, seseorang akan memperoleh penghasilan
yang dapat memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan juga keluarganya serta dapat
memberikan maslahat bagi masyarakat di sekitarnya. Oleh karenanya Islam bahkan
mengkategorikan bekerja sebagai ibadah, yang diperintahkan oleh Allah SWT :
“Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".
Selain sebagai satu kewajiban, Islam juga memberikan
penghargaan yang sangat mulia bagi para pemeluknya yang dengan ikhlas bekerja
mengharapkan keridhaan Allah SWT. Penghargaan tersebut adalah sebagaimana dalam
riwayat-riwayat hadits berikut :
Akan diampuni
dosa-dosanya oleh Allah SWT
مَنْ أَمْسَى كَالاًّ
مِنْ عَمَلِ يَدِهِ أَمْسَى مَغْفُوْرًا لَهُ رواه الطبراني
Dari Ibnu Abbas ra berkata, Aku mendengar Rasulullah
SAW bersabda, 'Barang siapa yang merasakan keletihan pada sore hari, karena
pekerjaan yang dilakukan oleh kedua tangannya, maka ia dapatkan dosanya
diampuni oleh Allah SWT pada sore hari tersebut." (HR. Imam Tabrani, dalam
Al-Mu'jam Al-Ausath VII/ 289)
Dihapuskan dosa-dosa tertentu yang tidak dapat
dihapuskan dengan shalat, puasa dan shadaqah.
إِنَّ مِنَ الذُّنُوْبِ
لَذُنُوْبًا، لاَ تُكَفِّرُهَا الصَّلاةُ وَلاَ الصِّياَمُ وَلاَ الْحَجُ وَلاَ الْعُمْرَةُ،
قَالَ وَمَا تُكَفِّرُهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قاَلَ الْهُمُوْمُ فِيْ طَلَبِ الْمَعِيْشَةِ
رواه الطبراني
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW
bersabda, 'Sesungguhnya diantara dosa-dosa itu terdapat suatu dosa yang tidak
dapat diampuni dengan shalat, puasa, haji dan juga umrah." Sahabat
bertanya, "Apa yang bisa menghapuskannya wahai Rasulullah?". Beliau
menjawab, "Semangat dalam mencari rizki". (HR. Thabrani, dalam
Al-Mu'jam Al-Ausath I/38)
- Mendapatkan cinta Allah SWT
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ
الْمُؤْمِنَ الْمُحْتَرِفَ رواه الطبراني
Dari Ibnu Umar ra
bersabda, 'Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang mu'min yang bekerja dengan
giat". (HR. Imam Tabrani, dalam Al-Mu'jam Al-Aushth VII/380) :
- Terhindar dari azab neraka
Dalam sebuah
riwayat dikemukakan, "Pada suatu saat, Saad bin Muadz Al-Anshari berkisah
bahwa ketika Nabi Muhammad SAW baru kembali dari Perang Tabuk, beliau melihat
tangan Sa'ad yang melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman karena diterpa
sengatan matahari. Rasulullah bertanya, 'Kenapa tanganmu?' Saad menjawab,
'Karena aku mengolah tanah dengan cangkul ini untuk mencari nafkah keluarga
yang menjadi tanggunganku." Kemudian Rasulullah SAW mengambil tangan Saad
dan menciumnya seraya berkata, 'Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh
oleh api neraka'" (HR. Tabrani).
Bekerja mencari
nafkah digolongkan dalam fi sabililah
Dari Ka'ab bin
Umrah berkata, "Ada seseorang yang berjalan melalui tempat Rasulullah SAW.
Orang itu sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas. Para sahabat lalu
berkata, 'Ya Rasulullah, andaikata bekerja seperti dia dapat digolongkan fi
sabilillah, alangkah baiknya.' Lalu Rasulullah bersabda, 'Jika ia bekerja untuk
mengidupi anak-anaknya yang masih kecil, itu adalah fi sabilillah; Jika ia bekerja
untuk membela kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, itu adalah fi
sabilillah; dan jika ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak
meminta-minta, maka itu adalah fi sabilillah... (HR. Thabrani)
Riwayat-riwayat di
atas sudah lebih dari cukup bagi seorang mu'min untuk menjadi motivator dalam
bekerja, terlebih-lebih bekerja di Lembaga Keuangan Syariah, yang memiliki visi
untuk merealisasikan syariat Allah di muka bumi ini. Oleh karenanya seorang
muslim yang baik adalah yang bekerja dengan penuh kesungguhan dan ketekunan.
Karena selain mendapatkan penghasilan untuk kehidupan dunianya, ia juga
mendapatkan beribu kebaikan untuk kehidupannya di akhirat kelak.
Etika dan Akhlak ketika sedang Bekerja
dalam Islam
Dalam mewujudkan
nilai-nilai ibadah dalam bekerja yang dilakukan oleh setiap insan, diperlukan
adab dan etika yang membingkainya, sehingga nilai-nilai luhur tersebut tidak
hilang sirna sia-sia. Diantara adab dan etika bekerja dalam Islam adalah :
1. Bekerja dengan
ikhlas karena Allah SWT.
Ini merupakan hal
dan landasan terpenting bagi seorang yang bekerja. Artinya ketika bekerja,
niatan utamanya adalah karena Allah SWT. Ia sadar, bahwa bekerja adalah
kewejiban dari Allah yang harus dilakukan oleh setiap hamba. Ia faham bahwa
memberikan nafkah kepada diri dan keluarga adalah kewajiban dari Allah. Ia pun
mengetahui, bahwa hanya dengan bekerjalah ia dapat menunaikan
kewajiban-kewajiban Islam yang lainnya, seperti zakat, infak dan shodaqah.
Sehingga ia selalu memulai aktivitas pekerjaannya dengan dzikir kepada Allah.
2. Itqon, tekun
dan sungguh-sungguh dalam bekerja.
Implementasi dari
keikhlasan dalam bekerja adalah itqon (baca ; profesional) dalam pekerjaannya.
Ia sadar bahwa kehadiran tepat pada waktunya, menyelesaikan apa yang sudah menjadi
kewajibannya secara tuntas, tidak menunda-nunda pekerjaan, tidak mengabaikan
pekerjaan, adalah bagian yang tidak terpisahkan dari esensi bekerja itu sendiri
yang merupakan ibadah kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadits, riwayat Aisyah ra,
bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang
hamba yang apabila ia bekerja, dia itqan (baca ; menyempurnakan)
pekerjaannya." (HR. Thabrani).
3. Jujur dan
amanah.
Etika lain dari
bekerja dalam Islam adalah jujur dan amanah. Karena pada hakekatnya pekerjaan
yang dilakukannya tersebut merupakan amanah, baik secara duniawi dari atasannya
atau pemilik usaha, maupun secara duniawi dari Allah SWT yang akan dimintai
pertanggung jawaban atas pekerjaan yang dilakukannya. Implementasi jujur dan
amanah dalam bekerja diantaranya adalah dengan tidak mengambil sesuatu yang
bukan menjadi haknya, tidak curang, obyektif dalam menilai, dan sebagainya.
Rasulullah SAW memberikan janji bagi orang yang jujur dan amanah akan masuk ke
dalam surga bersama para shiddiqin dan syuhada'. Dalam hadits riwayat Imam
Turmudzi : Dari Abu Said Al-Khudri ra, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda, "Pebisnis yang jujur lagi dipercaya (anamah) akan bersama para
nabi, shiddiqin dan syuhada'.
4. Menjaga etika sebagai seorang muslim.
Bekerja juga harus
memperhatikan adab dan etika sebagai seroang muslim, seperti etika dalam
berbicara, menegur, berpakaian, bergaul, makan, minum, berhadapan dengan
customer, rapat, dan sebagainya. Bahkan akhlak atau etika ini merupakan ciri
kesempurnaan iman seorang mu'min. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW
mengatakan, "Orang mu'min yang paling sempurna imannya adalah mereka yang
paling baik akhlaknya." (HR. Turmudzi). Dan dalam bekerja, seorang mu'min
dituntut untuk bertutur kata yang sopan, bersikap yang bijak, makan dan minum
sesuai dengan tuntunan Islam, berhadapan dengan customer dengan baik, rapat
juga dengan sikap yang terpuji dan sebagainya yang menunjukkan jatidirinya
sebagai seorang yang beriman. Bahkan dalam hadits yang lain Rasulullah SAW
menggambarkan bahwa terdapat dua sifat yang tidak mungkin terkumpul dalam diri
seorang mu'min, yaitu bakhil dan akhlak yang buruk. (HR. Turmudzi)
5. Tidak melanggar
prinsip-prinsip syariah.
Aspek lain dalam
etika bekerja dalam Islam adalah tidak boleh melanggar prinsip-prinsip syariah
dalam pekerjaan yang dilakukannya. Tidak melanggar prinsip syariah ini dapat
dibagi menjadi beberapa hal, Pertama dari sisi dzat atau substansi dari
pekerjaannya, seperti memporduksi barang yang haram, menyebarluaskan kefasadan
(seperti pornografi dan permusuhan), riba, risywah dsb. Kedua dari sisi
penunjang yang tidak terkait langsung dengan pekerjaan, seperti tidak menutup
aurat, ikhtilat antara laki-laki dengan perempuan, membuat fitnah dalam
persaingan dsb. Pelanggaran-pelanggaran terhadap prinsip syariah, selain
mengakibatkan dosa dan menjadi tidak berkahnya harta, juga dapat menghilangkan
pahala amal shaleh kita dalam bekerja. Allah SWT berfirman, "Hai
orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlal kepada Rasul-Nya dan
janganlah kalian membatalkan amal perbuatan/ pekerjaan kalian.." (QS. 47 :
33).
6. Menghindari
syubhat
Dalam bekerja
terkadang seseorang dihadapkan dengan adanya syubhat atau sesuatu yang
meragukan dan samar antara kehalalan dengan keharamannya. Seperti unsur-unsur
pemberian dari pihak luar, yang terdapat indikasi adanya satu kepentingan
terntentu. Atau seperti bekerja sama dengan pihak-pihak yang secara umum
diketahui kedzliman atau pelanggarannya terhadap syariah. Dan syubhat semacam
ini dapat berasal dari internal maupun eksternal. Oleh karena itulah, kita
diminta hati-hati dalam kesyubhatan ini. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW
bersabda, "Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan diantara keduanya ada
perkara-perkara yang syubhat. Maka barang siapa yang terjerumus dalam perkara
yang syubhat, maka ia terjerumus pada yang diharamkan..." (HR. Muslim)
7. Menjaga ukhuwah
Islamiyah.
Aspek lain yang
juga sangat penting diperhatikan adalah masalah ukhuwah islamiyah antara sesama
muslim. Jangan sampai dalam bekerja atau berusaha melahirkan perpecahan di
tengah-tengah kaum muslimin. Rasulullah SAW sendiri mengemukakan tentang hal
yang bersifat prefentif agar tidak merusak ukhuwah Islamiyah di kalangan kaum
muslimin. Beliau mengemukakan, "Dan janganlah kalian menjual barang yang
sudah dijual kepada saudara kalian" (HR. Muslim). Karena jika terjadi
kontradiktif dari hadits di atas, tentu akan merenggangkan juga ukhuwah
Islamiyah diantara mereka; saling curiga, su'udzon dsb. Karena masalah
pekerjaan atau bisnis yang menghasilkan uang, akan sangat sensitif bagi
palakunya. Kaum Anshar dan Muhajirin yang secara sifat, karakter, background
dan pola pandangnya sangat berbeda telah memberikan contoh sangat positif bagi
kita; yaitu ukhuwah islamiyah. Salah seorang sahabat Anshar bahkan mengatakan
kepada Muhajirin, jika kamu mau, saya akan bagi dua seluruh kekayaan saya;
rumah, harta, kendaraan, bahkan (yang sangat pribadipun direlakan), yaitu
istri. Hal ini terjadi lantaran ukhuwah antara mereka yang demikian kokohnya.
Ranjau-Ranjau
Berbahaya Dalam Dunia Kerja
Dunia kerja adalah
dunia yang terkadang dikotori oleh ambisi-ambisi negatif manusia, ketamakan,
keserakahan, keinginan menang sendiri, dsb. Karena dalam dunia kerja, umumnya
manusia memiliki tujuan utama hanya untuk mencari materi. Dan tidak jarang
untuk mencapai tujuan tersebut, segala cara digunakan. Sehingga sering kita
mendengar istilah, injak bawah, jilat atas dan sikut kiri kanan. (Na'udzu
billah min dzalik). Oleh karenanya, disamping kita perlu untuk menghiasi diri
dengan sifat-sifat yang baik dalam bekerja, kitapun harus mewaspadai
ranjau-ranjau berbahaya dalam dunia kerja serta berusaha untuk menghindarinya
semaksimal mungkin. Karena dampak negatif dari ranjau-ranjau ini sangat besar,
diantaranya dapat memusnahkan seluruh pahala amal shaleh kita. Berikut adalah
diantara beberapa sifat-sifat buruk dalam dunia kerja yang perlu dihindari dan
diwaspadai:
1.Hasad (Dengki)
Hasad atau dengki
adalah suatu sifat, yang sering digambarkan oleh para ulama dengan ungkapan
"senang melihat orang susah, dan susah melihat orang senang." Sifat
ini sangat berbahaya, karena akan "menghilangkan" pahala amal shaleh
kita dalam bekerja.Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ
فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ أَوْ قَالَ
الْعُشْبَ رواه أبو داود
Dari Abu Hurairah
ra berkata, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah oleh kalian sifat hasad (iri hati), karena
sesungguhnya hasad itu dapat memakan kebaikan sebagaimana api melalap kayu
bakar. (HR. Abu Daud)
2.Saling
bermusuhan
Tidak jarang,
ketika orang yang sama-sama memiliki ambisi dunia berkompetisi untuk
mendapatkan satu jabatan tertentu, atau ingin mendapatkan "kesan
baik" di mata atasan, atau sama-sama ingin mendapatkan proyek tertentu,
kemudian saling fitnah, saling tuduh, lalu saling bermusuhan. Jika sifat
permusuhan merasuk dalam jiwa kita, dan tidak berusaha kita hilangkan, maka
akibatnya juga sangat fatal, yaitu bahwa amal shalehnya akan
"dipending" oleh Allah SWT, hingga mereka berbaikan.Dalam hadits lain
Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُفْتَحُ أَبْوَابُ
الْجَنَّةِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا
يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ
فَيُقَالُ أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا
أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا رواه مسلم
Dari Abu Hurairah
ra berkata,bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Pintu-pintu surga dibuka pada hari senin dan kamis,
maka pada hari itu akan diampuni dosa setiap hamba yang tidak menyekutukan
Allah dengan sesuatu apapun, kecuali seseorang yang sedang bermusuhan dengan
saudaranya sesama muslim, maka dikatakan kepada para malaikat, “Tangguhkan dua orang ini sampai mereka
berbaikan.” (HR. Muslim).
3.Berprasangka
Buruk
Sifat inipun tidak
kalah negatifnya. Karena ambisi tertentu atau hal tertentu, kemudian menjadikan
kita bersu'udzon atau berprasangka buruk kepada saudara kita sesama muslim,
yang bekerja dalam satu atap bersama kita, khususnya ketika ia mendapatkan reward
yang lebih baik dari kita. Sifat ini perlu dihindari karena merupakan sifat
yang dilarang oleh Allah & Rasulullah SAW, di samping juga bahwa sifat ini
merupakan pintu gerbang ke sifat negatif lainnya.Dalam sebuah hadits Rasulullah
SAW bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ
فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَنَافَسُوا
وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ
إِخْوَانًا رواه مسلم
Dari Abu Hurairah
ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah oleh kalian prasangka buruk, karena
sesungguhnya prasangka buruk itu adalah sedusta-dustanya perkataan. Dan
janganlah kalian mencari-cari berita kesalahan orang lain, dan janganlah kalian
mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah kalian saling mementingkan
diri sendiri, dan janganlah kalian saling dengki, dan janganlah kalian saling
marah, dan jangan lah kalian saling memusuhi dan jadilah kalian hamba-hamba
Allah yang bersudara. (HR. Muslim)
4.Sombong
Di sisi lain,
terkadang kita yang mendapatkan presetasi sering terjebak pada satu bentuk
kearogansian yang mengakibatkan pada sifat kesombongan. Merasa paling pintar,
paling profesional, paling penting kedudukan dan posisinya di kantor, dsb. Kita
harus mewaspadai sifat ini, karena ini merupakan sifatnya syaitan yang kemudian
menjadikan mereka dilaknat oleh Allah SWT serta dijadikan makhluk paling hina
diseluruh jagad raya ini. Sifat ini pun sangat berbahaya, karena dapat
menjadikan pelakunya diharamkan masuk ke dalam surga (na'udzu billah min
dzalik). Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda "Tidak akan pernah
masuk ke dalam surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat satu biji sawi
sifat kesombongan" (HR. Muslim).
5.Namimah (mengadu
domba)
Indahnya dunia
terkadang membutakan mata. Keingingan mencapai sesuatu, meraih kedudukan
tinggi, memiliki gaji yang besar, tidak jarang menjerumuskan manusia untuk
saling fitnah dan adu domba. Sifat ini teramat sangat berbahaya, karena akan
merusak tatanan ukhuwah dalam dunia kerja. Di samping itu, sifat sangat
dimurkai oleh Allah serta dibenci Rasulullah SAW.Dalam sebuah hadits rasulullah
bersabda :
عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّهُ
بَلَغَهُ أَنَّ رَجُلًا يَنُمُّ الْحَدِيثَ فَقَالَ حُذَيْفَةُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ
Dari Hudzaifah ra
berkata bahwa Rasulullah SAW bersbada, “Tidak akan masuk surga sesroang yang suka mengadu
domba.” HR Bukhari Muslim)
Komentar
Posting Komentar